Dunia Korporasi Seni*
Era globalisasi membuat berbagai aspek kehidupan seni dan budaya terpengaruh begitu dahsyat. Buku ini adalah sebuah terjemahan menarik yang mengupas soal faktor-faktor penopang korporasi seni dan budaya. Lebih tepatnya, pada unsur-unsur kapitalisme yang melingkupi keberadaan karya seni dan budaya.
Dalam hal ini, pemahaman mengenai korporasi kebudayaan menukik sampai pada bentuk-bentuk kapitalisme yang dijalankan sebagai pembungkus keberadaan karya seni. Misalnya saja, pada kenyataan dibuatnya iklan. Hal sepele ini sudah merupakan bentuk korporasi seni. Betapa di dalam iklan ada banyak unsur kepentingan yang membuat dominasi aspek seninya tergusur oleh selubung kapitalisasi. Antara kata, warna, dan kepentingan produk berbaur jadi satu sehingga bernilai tidak hanya sebagai karya seni semata. Lebih mengedepankan unsur kapitalisasi secara tidak malu-malu.
Belum lagi pada persoalan hak cipta. Tentu saja, banyak kepentingan yang berkaitan dengan hak cipta. Mulai dari bagaimana ingin mendapatkannya sampai upaya-upaya terselubung pemanipulasian hak cipta. Kesemua itu memang membuktikan bahwa seni benar-benar ada di bawah tekanan kepentingan tertentu. Aspek estetisasinya menjadi tertelikung kepentingan yang kompleks.
Namun, itu semua masihlah wajar. Sebab, memang susah membebaskan seni sehingga bermuatan steril baik pada era sekarang dan mungkin saja ke depan. Era di mana justru seni akan berhadapan dengan kepentingan yang lebih pelik. Apa yang diulas di dalam buku ini masihlah tergolong permukaan, karena aspek korporasinya masih berkelindan pada wilayah yang bukan merupakan ”permainan paling julik” atas telikung kapitalisasi yang menimpa karya seni itu sendiri.
Meski begitu, keberadaan buku ini setidaknya penting untuk mengingatkan ancaman-ancaman yang setiap saat siap menghabisi karya seni. Dengan argumen yang rasional buku ini membawa kita pada kesadaran pentingnya mencegah kepentingan ekonomi agar tidak lebih jauh menguasai keberadaan karya seni. (q-c)
*Perehal: Satmoko Budi Santoso, Direktur Lembaga Pemberdayaan dan Kreativitas ‘Amarta’ Bantul | Artikel ini dilansir dari Harian Kedaulatan Rakyat – 07 Juni 2009.
*Rehal buku: Arts Under Pressure: Memperjuangkan Keanekaragaman Budaya di Era Globalisasi/ Joost Smiers/ Umi Haryati (penerjemah), Fitri Indra Harjanti (penyunting)/ INSISTPress, Febuari 2009.