Neoliberalisme, ancaman atau bukan?*
Menjelang Pemilu 2009 lalu sempat muncul polemik terkait dampak globalisasi yang mengkristal ke paham neoliberalisme. Namun, polemik itu meredup dengan sendiri. Kini, muncul buku karya Mansour Fakih, bertajuk Bebas Dari Neoliberalisme yang pernah terbit pada 2003 diterbitkan INSISTPress Yogyakarta, sekarang muncul kembali dengan penerbit yang sama.
Menurut doktor lulusan Universitas Massachusetts-AS ini, ada lima pendirian neoliberalisme. 1). Biarkan pasar bekerja. 2). Kurangi pemborosan dengan memangkas semua anggaran negara yang tidak produktif seperti subsidi untuk pelayanan sosial. 3). Deregulasi ekonomi. 4). Keyakinan terhadap partisipasi. 5). Gantikan gagasan “barang-barang publik”, solidaritas sosial atau komunitas seperti gotong-royong, dengan tanggung jawab individual.
Dalam pengamatan penulis, paham neoliberalisme sekarang sedang berjaya menguasai dunia setelah berhasil mengeser paham developmentalisme. Padahal, bagi rakyat miskin, keduanya setali tiga uang, sama saja.
Buku ini membongkar tentang neoliberalisme. Apa saja strategi dan mitos paham ini? Juga, bagaimana neoliberalisme menjerumuskan kita ke jurang kemiskinan? Sehingga, menurut Fakih, kemiskinan bukan disebabkan kita malas atau bodoh, tapi lebih karena kesalahan kebijakan sistem neoliberalisme. Oleh karena itu, Fakih mengajak pembaca untuk membebaskan diri dari neoliberalisme.
Buku ini dibagi empat bab. Pertama, Tuhan tak mengubah nasib kaum miskin kalau mereka tak merebutnya. Kedua, tentang pembangunanisme. Ketiga, neoliberalisme sebagai ancaman kaum miskin. Keempat, privatisasi dan kebijakan neoliberal lain. Terakhir, epilog tentang Indonesia yang bebas dari neoliberalisme.
*Pardoyo (Litbang SOLOPOS). SOLO POS – Minggu, 01 Agustus 2010 , Hal.IV.
*Rehal buku: Bebas dari Neoliberalisme/ Mansour Fakih/ INSISTPress/ 2010.