Resensi: Media Kooperasi & Kooperasi Media

Resensi: Media Kooperasi & Kooperasi Media*

Buku ini menjelaskan keadaan krisis media dan tawaran solusi jitu dari krisis media. Latar tempat permasalahan terjadi di Inggris dengan kasus banyaknya media-media lokal yang menglami kegagalan. Krisis keuangan media, krisis nilai pemberitaan, krisis kepercayaan public, dan tantangan internet menjadi faktor komplek.

Media lokal yang dimiliki perseorangan bertujuan meningkatan profit pendapatan. Adapun kelemahan model kepemilikan perseorangan yakni rentan dalam hal pengelolaan keuangan. Sumber pendanaan utamanya model ini dari sponsor dan iklan pemerintah daerah. Resesi ekonomi negara menjadi masalah terberat yang harus dihadapi pemilik media lokal karena sumber pendanaan utama akan dicabut guna menambali masalah ekonomi kedaerahan.

Pemilik media lokal dihadapkan pada pilihan berusaha mati-matian mempertahankan atau menjual saham media kepada para korporasi modal. Jika pemilik berusaha mati-matian mempertahankan media lokalnya, pemilik media harus mempunyai tawara muatan berita yang bisa membuat penyokong dana tetap mengucurkan pendanaan. Mau tidak mau berita-berita yang dimuat dibuat atas kemauan penyokong dana seperti pemberitaan sisi-sisi positif pemerintah , membuat pengangkatan isu tidak penting yang dikemas sensasional maupun muatan berita yang seragam dan bisa didapat pada media-media lain.

Nilai berita hanya berorientasi pada keinginan kelompok kepentingan bukan pada kebutuhan pembaca dan berpatokan pada kalkulasi untung-rugi. Para jurnalis pun menjadi pribadi yang terbelah. Memilih mengikuti permainan sebab himpitan kebutuhan atau keluar dari media, Ilmu –ilmu yang para jurnalis dapakan terbentur dengan yang para jurnalis harapkan. Model kepemilikan perseorangan mengarah pada relasi vertical (penyokong dana (pemerintah)-pemilik media, pemilik-karyawan). Pada akhirnya media lokal mati perlahan sebab kehilangan kepercayaan pembaca. Tantangan lain yang tak kalah berat memukul mati media lokal adalah Internet. Para sponsor swasta lebih tertarik menggunakan media maya untuk memasarkan produknya sendiri dengan biaya minim.

Berdasarkan data sebanyak 31 koran regional tutup pada 2011 dan Enders Analysis menyebutkan bahwa setidaknya setengah dari koran lokal dan regional di Inggris akan di tutup dalam lima tahun mendatang (halaman 17).

Penyelesaian problema media lokal maupun regional harus dimlai dari bawah ke atas. Gagasan membuat media kooperasi dan kooperasi media menjadi solusi jitu. Semanagat gotong royong dengan kepemilikan bersama adalah kuncinya. Kelebihan model ini dibanding kepemilikan personal yakni Pertama sumber dana ditanggung bersama sehingga tidak adanya keterantungan terhadap iklan maupun sponsor. Adanya resesi dan munculnya internet tidak terlalu memukul kelancaran media kooperasi.

Sisa Hasil Usaha (SHU) pada akhir tahun bisa dibagikan atau di investasikan pada usaha lain yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua terciptanya simbiosis mutualisme (tidak adanya gap antara anggota (produsen berita) dengan masyarakat) sebab media kooperasi didasarkan pada gerakan kolektiv. Pengelolaan harus melibatkan peran aktiv seluruh anggota dan jika perlu bagi pembaca setia diangkat sebagai anggota guna menambah dukunan. Pemilihan direktur  dilakukan dengan pengambilan suara seluruh anggota aktiv sebanyak 2/3 suara dan suara demisioner, penasihat umum sebagai sisanya.

Persoalan mendasar dari media adalah menjadikan nilai berita yang bersumber pada persoalan yang nyata  sebagai karakter media. Karakter inilah yang menjadi modal utama terjaganya kepercayaan masyarakat untuk setia mengakses informasi. Baik dikemas dalam bentuk cetak, elektonik, ataupun online tidak menjadi permasalahan mendasar.

Adapun cara mendirikan media kooperasi yakni Pertama melobi pemilik media lokal (baik pemerintah atau perseorangan) yang akan menutup medianya. Kedua menggunakan Co-operative Enterprise Hub (sebuah layanan bantuan konsultasi yang diperuntukkan kooperasi baru.

Namun kelemahan buku ini tidak menjelaskan faktor penghambat terciptanya gerakan kooperasi pada berbagai lini bukan hanya terkusus media. Pengabaian peran konstelasi politik dan ekonomi dunia tidak disinggung sebagai momok penghambat. Padahal adanya resesi ekonomi merupakan dampak dari percaturan ekonomi makro antar negara dan peresensi merasa hal ini juga berdampak pada iklim pemerintahan negeri.

Kebijakan pemerintah pun akan terpengaruh dan mempengaruhi setiap gerakan membangun kondisi baru yang lebih baik baik berdampak kecil atau besar. Peresensi menawarkantambahan solusi terkait gagasan baik buku ini adalah perlunya penyadaran bersama melalui pendidikan dan pelatihan berorganisasi baik dalam bidang perbankan, media, atau bidang yang lain.

*Oleh: Eko Nurwahyudin | Sumber: kompasiana.com – 10 November 2016.

*Rehal buku: Media Kooperasi & Kooperasi Media/ Dave Boyle/ Bosman Batubara (penerjemah)/ INSISTPress dan Gerakan Literasi Indonesia (GLI), 2013.