Amudi Pasaribu, Sosok yang Suka ‘Tembak Langsung

Amudi Pasaribu, Sosok yang Suka ‘Tembak Langsung’*

Sebelum meninggal dunia, 20 Januari 2007, penulis masih sempat mengenal dan berinteraksi dengan almarhum Prof. Amudi Pasaribu yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan. Dalam perbincangan dengan Amudi Pasa­ribu, ada banyak hal yang biasa menambah pengetahuan penulis terutama tentang integritas dan kejujuran. Amudi Pasaribu dikenal sebagai sosok yang tidak suka berpura-pura.

Dalam buku biografi yang ditulis­kan Bersihar Lubis ini, sikap Amudi Pasaribu yang suka tembak langsung menjadi salah satu topik paling sering diungkapkan oleh para alumni, keluarga dan teman dekat Amudi dalam testimoni yang dirangkum sedemikian rupa. Sosok Amudi yang suka tembak langsung menjadi gambaran bahwa mantan Rektor UHN ini memiliki sikap yang tegas. Kalau ya katakan ‘ya’, dan kalau tidak katakan ‘tidak’.

Buku biografi ini memuat be­berapa hal yang bisa me­ngingatkan pem­ba­canya tentang se­ja­rah kehidupan Amu­di, bagaimana Amudi berjuang un­tuk me­nyelesaikan sekolah­nya dan akhir­nya bisa kuliah ke Purdue University Amerika Se­rikat. Di Amerika juga Amudi terpaut hati dengan wanita cantik bernama Holy Tan yang kemu­dian dibe­rimarga boru Pangga­bean.

Sepak terjang Amu­di selama menjabat Rektor UHN, banyak hal yang berubah. Mulai dari jumlah maha­siswa, pembangunan gedung megah yang kemudian di tahbiskan sebagai Gedung Prof Amudi Pasaribu dan banyaknya dosen UHN yang dikirim kuliah master kebeberapa universitas ternama termasuk keluar negeri.

Mantan Rektor UHN, Jongkers Tampubolon mengakui kalau Amudi adalah sosok yang cerdas dan tegas. Sebagai seorang yang pintar dan berani, sosok Amudi Pasaribu sering juga menimbulkan kontroversi. Banyak yang tidak menyukainya karena terlalu disiplin, tegas dan menuntut kinerja yang terukur dari orang-orang yang dipimpinnya.

Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham) Yasonna H Laoly dalam epilognya di buku ini mengakui kalau gaya kepemimpinan Amudi yang objektif sesungguhnya sangat menguntungkan bagi sebagian orang, tapi meresahkan bagi yang lain. Keistimewaan Amudi adalah tidak suka berpura-pura, Amudi sangat konsisten dalam memper­hatikan dosen yang bisa menun­jukkan prestasinya.

Hal-hal seperti ini yang membuat Universitas HKBP Nommensen yang dipimpinnya pada masa itu begitu unggul, sampai-sampai mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) harus dating kekampus UHN Medan di Jalan Sutomo untuk mengikuti kuliah Prof. Amudi.

Kemudian, Text Book Ekono­metrika yang dipublikasikannya akhir 1970-an atau awal 1980-an baru menjadi referensi umum satu decade kemudian. Artinya, Amudi Pasaribu telah mendalami dan menguasai ilmu yang secara umum baru belasan tahun kemudian mulai mendapat perhatian koleganya dibidang ilmu yang sama. Amudi memiliki visi jauh kedepan dan berpikir mendahului jamannya.

Seperti testimoni dari beberapa alumni UHN yang di­rangkum dalam buku ini, gaya Amudi me­ngajar di dalam kelas membuat mahasiswa sepertiter-hipnotis dan hening. Seandainya ada jarum jatuh akan kedengaran. Amudi sangat me­nyukai ma­hasiswa yang suka berdebat dan me­nga­jukan per­tanyaan.

Buku biografi Amudi Pasaribu yang mengambil judul “Pro Deo Et Patria” – Un­tuk Tuhan dan Ibu Pertiwi sesuai de­ngan visi UHN. Amu­di dalam menjalankan tugasnya sebagai do­sen, rektor dan orang­­tua bagi anak-anak­nya selalu me­ngan­dalkan Tuhan dalam gerak lang­kahnya. Amudi kecil sudah didoakan orangtuanya almarhum Basirun Pasaribu dan boru Siregar Siagian.

Amudi nama babtis yang diberikan orang tuanya dengan harapan kelak bisa mengemudikan adik-adiknya dan keluarganya. Amudi di masa kecil sering sakit-sakitan. Penyakit yang tak kunjung sembuh menggerogoti badan Amudi menjadi kurus dan lemah.

Orang tua Amudi pada waktu itu tetap bersabar dan merawat Amudi dengan penuh harapan. Ayahnya selalu berdoa kepada Tuhan agar anak­nya sehat kembali. ”Tuhan, sem­buhkanlah anakku Amudi, biar­kanlah dia sehat kembali. Kalau dia sehat aku berjanji menyuruhnya mengabdi di lading Tuhan”. Inilah doa orangtua Amudi dan Tuhan menyembuh­kannya dari sakit. Amudi, penga­jarannya akan dikenang dan abadi.

*Peresensi: James P Pardede | Sumber: harian.analisadaily.com – 5 April 2017.

*Rehal buku: Amudi Pasaribu: Pro Deo et Patria •Penulis: Bersihar Lubis, Ramadhan Batubara, et al. •Penerbit: “ber kata”Press & Pustaka Sempu •Edisi: pertama, Oktober 2016.