Description
Dari sekian karya sastra masa kolonial, Hikayat Siti Mariah merupakan karya yang paling sering diterbitkan ulang. Sejak pertama kali terbit tahun 1910an di Harian Medan Prijaji, cerita ini telah diterbitkan ulang oleh Harian Bintang Timur tahun 1962, lalu diterbitkan lagi dalam bentuk buku pada tahun 1983 dan 2003. Penerbitan ulang itu menimbulkan berbagai pertanyaan, mulai dari apa yang menarik dari isinya, motif apa yang melatari penerbitan ulang, sampai perubahan apa saja yang ada di setiap terbitannya. Apalagi kita tahu bahwa cerita ini diterbitkan ulang di zaman yang berbeda, bahkan dua terbitan terakhir melibatkan salah satu tokoh sastra Indonesia, Pramoedya Ananta toer.
Buku ini merupakan jawaban dari pertanyaan di atas. Dan ternyata, analisis dalam buku ini akan mengantarkan kita pada suatu kenyataan bahwa Hikayat Siti Mariah telah mengalami banyak perubahan baik bentuk maupun isinya. Tentu saja, Pramoedya Ananta Toer sebagai editor Hikayat Siti Mariah terbitan tahun 1982 dan 2003, merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas peubahan ini. Lalu apa saja bagian cerita yang berubah dan mengapa Pramoedya melakukan itu? Buku ini akan menuntun anda melihat secara rinci perubahan-perubahan itu disertai dengan analisis tentang motif yang melatar-belakanginya.
Opini, komentar, ulasan, dan tulisan terkait:
- Hikayat Siti Mariah (DS): Tanggapan Dewan | IBOEKOE – 13 Maret 2010.
- Pleidoi Dwi Susanto: HSM | IBOEKOE – 19 Maret 2010.
- PLEIDOI DWI SUSANTO: HSM | radiobuku.com – Maret 2010.
- Hikayat Siti Mariah: Estetika Perselingkuhan Pramoedya Ananta Toer – Ulas buku oleh: Siti Muslifah | Sumber: ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA. Vol 13, No 1. Edisi Juni 2010.