Description
Lebih sekedar mampu memelihara rasa senasib, sepenanggungan dan seperjuangan secara berkelanjutan, daya pengaruh dari gerakan-gerakan rakyat pedesaan Dunia Ketiga sudah melintasi lokalitas pedesaan mereka. Aksi-aksi kolektif yang diandalkan gerakan-gerakan itu, telah sampai memanfaatkan dan mendorong juga perubahan konfigurasi politik pada tubuh negara nasional. Bahkan saat ini telah terbentuk jaringan global dari gerakan-gerakan tersebut dalam rangka menantang dan ikut mengubah agenda dan kebijakan global dari badan-badan internasional. Mereka telah mencontohkan bagaimana globalisasi kapitalisme neoliberal dapat di tantang oleh “globalisasi dari bawah”.
Penulis menganalisis gerakan-gerakan rakyat Dunia Ketiga, dengan membandingkan antar gerakan, serta rujukan pada pendapat-pendapat para sarjana lainnya, menyimpulkan adanya keragaman pelaku utama dan pendukung serta keragaman jenis aksi kolektif yang diandalkannya. Aksi-aksi kolektif dari para pelaku utama dan pendukung dari masing-masing gerakan ini dibentuk dan bekerja berhadapan dengan kekhususan pagelaran kuasa yang dihadapi dan objek yang dipertarungkan. Selain itu, ia juga berhadapan dengan kekhususan kesempatan politik yang dimanfaatkannya. Keempat hal ini –pelaku yang beragam, aksi kolektif yang diandalkan, pagelaran kuasa yang dihadapi dan kesempatan politik yang dimanfaaatkan– telah membuat kita tidak lagi dapat mempertahankan pandangan klasik mengenai petani dan argumen yang menjelaskan pemberontakan petani. ***
“Peran penulis dalam memfasilitasi orang-orang untuk belajar tetap kentara. Pembaca diajak untuk belajar menganalisis perkembangan gerakan-gerakan petani di Dunia Ketiga, lengkap dengan teori-teori yang mendasarinya, latar belakang dan sejarah gerakan tersebut juga petunjuk-petunjuk buku-buku apa yang harus kita baca lagi supaya melengkapi bahan belajar kita. Membaca buku ini merangsang kita untuk merefleksikan ulang sejauhmana perkembangan gerakan kita dalam menghadapi mesin-mesin kuasa neoliberalisme yang menghadang tumbuh dan kembangnya gerakan tani”. Indra Agustiani, Organisator Rakyat dan Guru Sekolah Tsanawiyah Assururon- Serikat Petani Pasundan (SPP)– Garut
“Noer Fauzi —biasa dipanggil Oji— terang-terangan menantang pembacanya untuk sama-sama mempertanyakan segala sesuatu yang menyangkut gerakan rakyat. Bagaimana membaca syarat-syarat politik sebuah gerakan; aliansi dengan golongan mana dengan cara seperti apa; politik citra macam apa yang menjaga api gerakan; dan seterusnya. Barangkali ini juga tulisan pertama Oji yang sepenuhnya membandingkan gerakan-gerakan rakyat dalam konteks teoretis dan antarnegeri.” Hendro Sangkoyo, Pelajar Perombakan Agraria
“Membangun gerakan sosial dan jaringannya tidak mungkin hanya didasari oleh persamaan nasib. Yang terutama adalah kepercayaan akan tujuan gerakan. Strategi komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Perubahan kongkret dalam kehidupan sehari-hari di tingkat komunitas menentukan keberlanjutan gerakan. Dalam skala yang lebih luas, dibutuhkan upaya untuk mengubah pandangan politik sehingga suara-suara yang menolak ketidaksetaraan, ketidakadilan dan praktik-praktik tak manusiawi lainnya mendapat tempat dalam perdebatan politik arus utama. Buku ini membuat kita belajar banyak.” Maria Hartiningsih, Jurnalis, Harian KOMPAS
Opini, komentar, ulas buku, bacaan terkait:
- Memahami Gerakan-gerakan Rakyat Dunia Ketiga | Sumber lansir: Koran Tempo. 16 Desember 2005.
- Neoliberalisme dan Gerakan Kultural Tou Minahasa | Harian Komentar Edisi 28 dan 29 November 2008, lansir dari: leput412g.blogspot.com – 30 April 2015.
- Gerakan-gerakan Rakyat Dunia Ketiga | gemalaputri.blogspot.co.id – Agustus 2009.
- Review buku “Memahami Gerakan-gerakan Rakyat Dunia Ketiga” by Noer Fauzi | bonerateislands.wordpress.com – 30 April 2015.