La Sappe: Pemahat Nisan*
Buku ini: Setapak Salirang, Kumpulan Cerita Pendek dari Sulawesi Selatan, sepertinya biasa, sama dengan buku kumpulan cerpen lainnya. Namun ketika kita tilik kembali, buku ini punya sedikit perbedaan. Ya, sebuah karya kumpulan cerita pendek dari Sulawesi Selatan. Tak banyak buku-buku yang menceritakan tentang cerita-cerita dari daerah-daerah yang ada di Indonesia. Buku ini mencoba untuk bersanding dengan buku-buku lainnya yang beragam corak. Untuk sebuah tujuan, cerita dari daerah tidaklah mati!
Ungkapan cerita yang sederhana, ketika kita membaca buku ini. Emosi kita sedikit demi sedikit akan terangkat dan mulai membayangkan bagaimana kehidupan di sebuah negeri bernama Sulawesi. Walaupun tak secara langsung menceritakan dengan detail bagaimana keadaan di Sulawesi. Namun cerita-cerita yang menggunakan bahasa daerah terasa menciptakan suasana Sulawesiitu sendiri. Kita, para pembaca diajak untuk berdialog dengan bahasa daerah yang mungkin sebagian orang tidak mengetahuinya. Misalnya saja pada cerita yang berjudul Rani, Daeng Parani. Pada cerita ini banyak terdapat dialog yang berbahasa Sulawesi. Namun justru itulah penulisan cerita yang diselingi dengan bahasa daerah membuat sensasi tersendiri. Coba baca saja kalau tidak percaya!
Akhir yang tragis dialami oleh La Sappe. Seorang pemahat nisan yang harus mati di tangan anaknya sendiri. Tidak sengaja sebenarnya. Perkelahian antara seorang bapak dengan anak semata wayangnya yang tengah beranjak dewasa mampu membuat kemarahan anaknya meledak bagai gunung berapi yang meletus. Kejadian yang berlangsung beberapa detik itu membuat nyawa seorang bapak melayang. Kepala yang mengucurkan darah dengan deras karena sebongkah batu nisan telah menggempurkan batok kepalanya.
*Endang Artiati Suhesti, Pemimpin Divisi PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) LPM EKSPRESI UNY 2006. Sumber: Jurnal EKSPRESI – Persma UNY, 2006.
*Rehal buku: Setapak Salirang: kumpulan cerita pendek dari Sulawesi Selatan/ Asha Ray, dkk/ Puthut EA (editor)/ INSISTPress, 2006.