Ritual Perladangan Orang Tompu*
Orang Tompu adalah satu komunitas peladang tradisonal yang tinggal di dataran Sigi, Sulawesi Tengah. Kampung mereka terletak sekitar 12 km dari pusat kota Palu.
Namun, mereka jarang pergi ke kota. Karena kurang berminat atau tak ada yang perlu dibutuhkan. Bagi mereka, berkawan dengan alam adalah hal istimewa dan lebih dari cukup.
Orang tompu adalah sebuah komunitas yang unik, karena mereka masih mempraktikkan sistem perladangan tradisional yang sarat ritual. Kearifan lokal dan terbebas dari asupan belum kimiawi buatan.
Namun, mereka bukanlah komunitas orang pedalaman yang terasing dari dunia modern sama sekali. Justru, mereka juga mengenal teknologi dan informasi secara baik laiknya orang perkotaan.
Orang tompu memiliki banyak natural aneh, nyleneh, berbau mistik tapi sarat makna mendalam. Mereka di kenal sebagai pecinta padi dari pada emas. Karena bagi mereka padi lebih dari sekedar kebutuhan pokok. Padi laksana raja yang harus dihormati dan disayangi.
Perladangan padi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan orang Tompu. Saking pentingnya padi, seorang pemuka masyarakat tompu hingga mengatakan ”Are le ria pae, le ria ada” (Kalau tidak ada padi, maka tidak adat lagi).
Ungkapan tersebut kiranya tidak berlebihan, karena orang Tompu memproses perladangan padi penuh dengan ritual adat, sejak mulai membuka ladang hinga pasca panen.
Buku ini memberikan informasi akurat ihwal proses perladangan padi orang Tompu secara detail. Buku ini digarap dengan proses cukup lama dan melelahkan, karena tim periset memprosesnya cukup rumit dan susah-payah lantaran keterbatasan pengetahuan tentang Bahasa Orang Tompu.
Banyak sekali kata-kata dalam bahasa Kaili (Bahasa Orang Tompu) yang sulit sekali diterjemahkan secara gamblang dalam bahasa Indonesia, ini membuktikan betapa kaya dan dalam.
Secara umum, proses perladangan Orang Tompu terklasifikasikan menjadi lima tahabpan. Ketika semua proses tadi telah berakhir dan panen berhasil. Maka Orang Tompu pun tak lupa senantiasa bersyukur dengan cara menyelengarakan semacam acara “tasyakuran”, berupa pesta makan ramai-ramai dengan warga setempat.
Sebenarnya riset tentang Orang Tompu telah di lakukan pada 2005 oleh tim gabungan Indonesia-Jepang. Namun, mengingat hasilnya cukup penting untuk disebarkan kepada khalayak luas, maka pelbagai bahan pun di kemas secara deskriptif dengan bahasa semudah mungkin. Hinga lahirlah buku ini..
*Ammar Machmud, pegiat Arwaniyyah Institute, Kudus-Jawa Tengah. | Sumber: Koran Bisnis Indonesia – 21 Oktober 2012. | Kliping oleh: Pustaka Sempu.
*Rehal buku: Dunia Orang Tompu/ Hedar Laudjeng, Motoko Shimagami, Syahrun Latjupa/ INSISTPress, 2012.