Mengkritisi Kebijakan Ekonomi Neoliberalisme*
Kebijakan ekonomi dalam upaya pembangunan, terutama bagi negara berkembang, sejauh ini lebih banyak berkiblat ke Barat, terutama Amerika Serikat (AS). Sampai ada yang menyebutnya Amerikanisasi. Secara umum karena mereka menganut neoliberalisme. Padahal, gonjang-ganjing perekonomian dunia saat ini, diawali karena terpuruknya negara maju tersebut. Namun, setelah kondisi ekonominya pulih, pada gilirannya negara-negara berkembang yang menjadi pengekornya justru menderita.
Setelah Uni Soviet sebagai penganut sosialisme terbukti hancur, AS dan negara-negara Eropa Barat menjadi kian pongah, sampai Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher mengatakan, ”Tidak ada alternatif.” Mereka menganggap kebijakan ekonomi yang mereka terapkan paling pas diterapkan pula di negara manapun.
Buku ini membuktikan bahwa premis Thatcher tadi merupakan kesalahan fatal dan berbahaya. Masih ada alternatif lain dan ternyata mampu menyelamatkan negara dari keterpurukan. Penulis buku ini menunjukkan banyak jalan dapat ditempuh guna menuju pembangunan.
Bahkan, menurut penulis buku ini, pembangunan yang sukses adalah hasil dari berbagai jenis kebijakan ekonomi, dan sebagian besar dari kebijakan itu bertentangan dengan kebijakan yang dianjurkan para ahli ekonomi neoliberal. Karenanya buku ini menawarkan pemikiran alternatif sekaligus menjelaskan bahwa kebijakan neoliberal gagal diterapkan di negara-negara berkembang. Oleh karena itu dalam bagian pertama buku ini diuraikan penolakan enam mitos pembangunan. Dilanjutkan bagian kedua ditawarkan lima alternatif kebijakan ekonomi. Ditegaskan, negara berkembang harus dilindungi dari krisis finansial yang selalu mengikuti liberalisasi arus modal. [Pardoyo/Litbang].
*Sumber: SOLO POS – Edisi: Minggu, 18 Mei 2008, hal. v.
*Rehal buku: Membongkar Mitos Neolib: Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan/ Ha-Joon Chang dan Ilene Grabel/ Muh. Gusti Zainal (penerjemah)/ INSISTPress, 2008.