BEBEK MAKELAR POLITIK. Peluncuran Tetrakarya Puthut EA*

14-18 Maret 2009 | Bentara Budaya Yogyakarta.

  • 14 Maret 2009; mulai pukul 19.00 Wib: Acara peluncuran sekaligus empat buku karya Puthut EA ini, dikemas menjadi sajian budaya yang memikat selama kurang lebih dua jam, melibatkan orator Tanto Tani, pembaca karya sastra Landung Simatupang, dan pemusik Untung Basuki.
  • 14 – 18 Maret 2009: Peluncuran empat buku ini juga ditandai dengan performance art perupa S Teddy D, dan pameran empat perupa muda dari Bandung (Kupi, Uci, Dillah, dan Feli). Pameran dibuka untuk umum mulai jam 10.00-21.00 Wib.

INSISTPress, sebuah rumah penerbitan yang selama ini menerbitkan buku-buku alternatif, mempersembahkan sebuah peluncuran tetrakarya Puthut EA. Keempat buku yang diluncurkan:

Puthut EA, selama ini memang dikenal sebagai penulis muda yang sangat produktif. Umurnya belum genap 32 tahun, tetapi sudah melahirkan 14 buku dengan beragam bentuk; cerpen, novel, biografi, liputan, esai dan naskah drama). Penulis ini telah tinggal di Yogyakarta kurang-lebih 15 tahun, sehingga menjadi salah satu aset Yogya yang cukup membanggakan.

Di dalam acara peluncuran buku-buku tersebut, akan disampaikan sebuah orasi budaya, yang ‘aneh’nya tidak dilakukan oleh budayawan melainkan oleh seorang petani. Budaya, jika dilacak dari akar katanya yakni ‘budi’ dan ‘daya’, sesungguhnya merupakan hasil respons kreatif manusia terhadap alam. Sebagai sebuah wilayah agraris, maka elemen penyumbang besar kebudayaan Indonesia sesungguhnya adalah para petani. Namun sayang, profesi ini sering sekali hanya menjadi ‘pemain kelas pinggiran’ baik dalam perbincangan sosial, budaya bahkan politik. Petani yang akan menyampaikan orasi budaya adalah Tanto Tani. Ia telah menghabiskan waktu lebih dari 20 tahun menjadi petani, sampai sekarang masih seorang petani, dan melakukan perjuangan untuk pertanian organik. Dedikasi serta integritasnya yang besar kepada dunia pertanian, membuat Tanto Tani dikenal sebagai pejuang pertanian yang progresif.

Selain acara orasi budaya, juga terdapat acara pembacaan karya Puthut EA oleh seniman besar Landung Simatupang. Nama ini sudah tidak asing lagi bagi dunia seni dan budaya di Indonesia. Selain sebagai seorang penyair, beliau juga seorang dramawan terkemuka. Dan pada satu dasawarsa mutakhir ini, dikenal sebagai pembaca cerita pendek yang memukau.

Di dalam acara ini, akan ada pula pementasan musik oleh pemusik gaek Yogya: Untung Basuki. Beliau akan bermusik dengan kelompok musiknya: Kelompok Sabu. Untung Basuki sudah melakoni dunia musik sejak era tahun 70an. Dan sampai sekarang masih konsisten bermusik. Lagu-lagunya sederhana, namun mengayakan batin. Syair-syair lagunya puitis namun tetap membumi.

Baik Puthut EA, Tanto Tani, Landung Simatupang maupun Untung Basuki, adalah aset yang berharga dalam dunia kebudayaan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.

Selain acara-acara tersebut di atas, pada hari itu juga dibuka sebuah pameran karya 4 perupa dari Bandung: Kupi Arif, Felicia Maria, Putriani Mulyadi dan Istnataini Rahmadillah. Keempat perupa muda tersebut merespons karya-karya Puthut EA. Hal ini setidaknya menunjukkan dua hal: bahwa karya seni itu bisa saling mengayakan, dan yang kedua, kolaborasi seni tidak harus selalu diikat dalam satu wilayah (baca: satu kota).

Besar harapan kami, acara tersebut akan menjadi tontonan yang menarik bagi publik Yogya, sekaligus bisa menjadi tontonan yang berkualitas, di antara tontonan-tontonan di layar televisi yang cenderung banal. Yogyakarta sejak dulu dikenal sebagai kota yang terus memberi asupan energi kreatif bagi perkembangan seni dan budaya di Indonesia. Dan rasanya, acara malam ini akan semakin mengukuhkan hal tersebut.

*Press Release | Yogyakarta, 12 Maret 2009 | Eko Susanto (Ketua Panitia), INSISTPress.