Menyoal Gerakan Oposisi Maya

Menyoal Gerakan Oposisi Maya*

Tak bisa dimungkiri, facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial “terheboh” dan terpopuler saat ini, karena eksistensinya mampu mendongkrak popularitas fenomena sosial kekinian dan “mencitrakan diri” sebagai media pembangun gerakan sosial publik yang efektif dan efisien.

Efektif, karena sifatnya yang mudah dan cepat diakses publik. Dan efisien karena tidak memerlukan financial yang banyak. Cukup dengan terhubung internet, dan butuh beberapa menit saja, pelbagai berita dan informasi apapun dibelahan dunia bisa diperoleh dan disebarluaskan khalayak ramai dengan tempo yang singkat.

Adalah penggalangan koin recehan lewat facebook kepada publik terhadap pelbagai kasus ketimpangan sosial dan ketidakadilan sistem, merupakan bukti nyata bahwa situs jejaring sosial ini mampu menjawab problema tersebut.

Sebut saja, pelbagai kasus popular seperti persengketaan Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit Omni Internasional, kasus Bibit Samad Riyanto-Chandra Hamzah, atau lebih masyhur dengan sebutan “Kasus Cicak vs Buaya”, kasus Nenek Minah, kasus pelarangan buku Membongkar Gurita Cikeas besutan George Junus Aditjondro, dan masih banyak sederet kasus lain yang sempat menghebohkan publik selama akhir tahun 2009 silam. Pelbagai kasus tersebut merupakan representasi imbas dari ketidakadilan sistem dan ketimpangan sosial terkait dengan pemberlakuan hukum di negara ini.

Maka, kehadiran buku berjudul Oposisi Maya hasil suntingan Puthut EA ini, hendak menelisik, mengkaji, mencermati, serta mengkritisi secara detail pelbagai fenomena sosial yang ada, lantas dikupas oleh Puthut dkk. secara kritis dan serius dari pelbagai sisi yang berbeda.

Dalam buku ini, para penulisnya memiliki kecenderungan berbeda-beda dalam mengungkap dan menganalisa masing-masing kasus dengan menggunakan perspektif yang beragam. Sebagai tamsil, Nurhady Sirimorok mengajukan judul Eksodus Oposisi ke Facebook. Tulisan ini mencoba menyibak fenomena mengapa dari sekian banyak masalah yang ada di facebook hanya ada satu-dua masalah tertentu saja yang mencuat dan dianggap berhasil “membius” publik (hal: xiv).

Uniknya, lewat tulisan ini Nurhady bisa mengambil tiga ‘benang merah’, yakni pertama, situs jejaring sosial seperti facebook saat ini masih sangat bergantung pada mainstream media lain; kedua, facebook baru bisa dikatakan berhasil pada tingkat penggalangan dukungan saja, belum sampai pada tingkat menggalang aksi; ketiga, organiser yang bertindak sebagai creator maupun admin secara geografis bisa datang dari mana saja (hal: 85-88).

Adalagi, tulisan Saleh Abdullah berjudul Koin, Kota dan Kekuasaan. Dalam tulisan ini, Saleh cerdik dalam melihat simbol dibalik sebuah koin yang digunakan aksi ‘Koin untuk Prita. Menurutnya, koin recehan itu menemukan momentum yang begitu kreatif, unik, simbolik, dan dengan partisipan yang melintas-batas strata kelas dan usia masyarakat. Baginya, koin merupakan simbol solidaritas kongkret dan pemberontakan riil atas ketidakadilan hukum yang diterima oleh Prita, dan Bibit-Candra dalam konteks keindonesiaan.

Lewat buku ini, Puthut EA dkk sukses dalam menguak tabir media jejaring sosial dunia maya -utamanya facebook- dalam hal penggalangan opini publik semata, tetapi tidak dalam aksi nyata. Sebab, melakukan gerakan sosial di dunia maya jelas sangat terbatas, karena ia hanyalah alat, dan selebihnya adalah kerja di dunia nyata. Sehingga, melakukan oposisi pun sangat terbatas.

Sehingga, jika seseorang ingin tetap melakukan oposisi lewat dunia maya, mau tidak mau ia harus mempertimbangkan banyak hal; seperti perubahan cara kerja facebooker dalam melihat konten media dan posisi individu dalam lembaga negara serta membangun narasi baru yang memungkinkan beragam gerakan dan aktor untuk bisa saling bekerjasama. Tanpa hal itu, mustahil aksi sosial nyata bisa dilakukan hanya dengan bantuan dunia maya. Selamat membaca!

*Ammar Machmud, penikmat buku, Alumnus IAIN Walisongo Semarang | Lansir dari: analisisnews.com – 20 Juli 2011.

*Rehal buku: Oposisi Maya •Penulis: Dodi Yuniar, Nezar Patria, et. al. •Penyunting: Puthut EA •Penerbit: INSISTPress •Edisi: I, Februari 2010.