Panduan Wisata dalam Baluran Puisi*
Buku (hasil) perjalanan sudah banyak ditulis. Menyusuri Lorong-Lorong Dunia 3 ini menambah kepustakaan tentang panduan jalan-jalan. Buku jilid ketiga ini merupakan kelanjutan dari judul sama jilid pertama dan kedua. Isinya rekam pengalaman penulisnya, Sigit Susanto, selama berwisata kurang lebih tiga tahun (2008-2011). Buku ini disuguhkan lebih unik dan menarik ketimbang dua sebelumnya.
Pada jilid pertama, penulis banyak mengurai secara spontan karena memang saat itu menjadi pelancong adalah hal baru bagi Sigit sehingga sering terkaget-kaget. Lalu, pada jilid kedua, terdapat banyak referensi yang dimasukkan sehingga tampak sekali bahwa Sigit sedang mempraktikkan teknik dalam berkarya, yakni begitu detail dan sarat informasi ensiklopedia.
Pada buku jilid ketiga ini, Sigit berani mencoba “membaluri” seluruh narasi catatannya dengan puisi. Hal itu bisa dikenali ketika Sigit sedang menggambarkan kondisi alam, maka diksi puitis pun bermunculan begitu saja, bak jamur di musim hujan. Meskipun tidak semua berhasil, setidaknya dia telah berani mencoba. Ketika dirunut, ternyata keberanian menyelipkan puisi itu muncul usai menekuni teks-teks Ulysses selama 6 tahun setiap Selasa sore (ix-x).
Buku 380 halaman ini mau mengajak pembaca “berwisata” menelusuri lorong-lorong dunia yang eksotis dan unik. Tercatat ada 13 negara yang telah dikunjungi. Dalam Jelajah Skandinavia, misalnya, Sigit menceritakan pengalaman pernah sehari menginjakkan kaki di tiga negara sekaligus: Denmark, Finlandia, dan Norwegia. Meski hanya dalam tempo yang singkat, Sigit mampu berkomentar atas ketiga negara tersebut.
Di Denmark, dia pernah kalah cepat berpose dengan anak-anak bule yang berfoto bersama patung sang maestro cerita anak-anak, Hans Cristian Andersen. Lalu, ketika bersama Claudia di Helsinki, Finlandia dikenalkan kata: tuli, tulli, tuuli yang berarti berbeda-beda. Tuli berarti api. Tulli itu doa, dan tuuli adalah angin. Penjelasan ini disambut tawa para pelancong (hlm 109).
Mereka juga dibuat terpesona waktu menuju taman Vigelandpark, Norwegia, karena banyak patung seukuran manusia, bahkan lebih besar dalam posisi telanjang. Penulis dibuat tertawa saat melihat seorang remaja putri berpose menirukan posisi patung perempuan telanjang yang sedang memekarkan rambutnya ke samping kanan dan kiri bahu (hlm 119).
Buku ini lumayan membantu bagi mereka yang akan berwisata ke negara-negara yang ditulis atau sekadar bahan bacaan. Pengetahuan yang disuguhkan ialah seperti kondisi geografis, ekonomi, politik, seni, dan budaya setempat.
*Ammar Machmud | Lansir dari: Koran Jakarta – 21 Juli 2012.
*Rehal buku: Menyusuri Lorong-Lorong Dunia: Kumpulan Catatan Perjalanan Jilid 3/ Sigit Susanto/ INSISTPress, 2012.