Bangkit dari Tsunami Sosial

Bangkit dari Tsunami Sosial*

Pemulihan Aceh pasca tsunami sepuluh tahun lalu tak sebatas pada rekonstruksi fisik. Transformasi juga terjadi secara sosial yang berfokus pada pembangunan kembali komunitas dan masyarakat sipil Aceh. Program Development and Peace (DnP) menjadi salah satu sinergi yang berperan mempercepat proses itu.

Keterlibatan eleman organisasi seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, KontraS Aceh, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Aceh, dan Perkumpulan Prodeelat sebagai mitra, membentuk kembali aspek sosial pasca masa transisi tanggap bencana.

Di ranah pers, pendirian Media Center Aceh (MCA) menjadi langkah krusial untuk memulihkan kerja jurnalistik Aceh. Bencana di penghujung tahun 2004 itu mengempas kantor-kantor media massa hingga menyisakan puing. Nyaris semua peralatan jurnalistik rusak dan 11 stasiun radio hancur.

Tujuh hari setelah tsunami, hanya surat kabar Serambi Indonesia (yang kehilangan setengah pekerjanya) yang kembali terbit dengan mencetak 10.000 kopi dan dibagikan gratis ke tenda-tenda pengungsian. Kala itu MCA dan AJI hadir dan menjadi pusat kerja para peliput bencana tsunami selama tahun 2005-2006.

Kegiatan pemulihan dan pengembangan sosial juga digerakkan oleh KPI Aceh. Saat masa tanggap darurat, KPI membentuk tim sukarelawan yang disebar ke beberapa kabupaten. Mereka tinggal di barak-barak pengungsian dan rumah-rumah warga selama lebih tiga bulan, dan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan keterampilan, serta pemulihan trauma yang sasaran utamanya adalah perempuan dan anak-anak. (PTU/Litbang Kompas)

*Versi cetak artikel ini terbit di Harian KOMPAS edisi 25 Januari 2015, halaman 12.

*Rehal buku: Di Balik Kisah Gemerlap: Pergulatan Gerakan Sosial di Aceh sesudah Tsunami/ Abu Mufakhir & Hanny Wijaya/ INSISTPress & Development and Peace, 2014.