Tindakan Kecil Perlawanan*
Kemunculan televisi di abad 20 bisa disebut menggambarkan rezim politik seperti apa yang muncul dalam periode tersebut. Wataknya sebagai medium komunikasi massa yang searah dan dengan daya jangkau yang luas, menjadi sarana yang ideal untuk melakukan berbagai propaganda politik.
Itu juga yang dilakukan rezim komunis Polandia. Warganya dipaksa untuk menonton tayangan-tayangan televisi yang berisi berita-berita resmi dari pemerintah.Namun dengan televisi juga, tindakan perlawanan muncul dari warga yang muak dengan pemerintahan komunis yang otoriter. Gerakan buruh di Polandia segera melancarkan aksi memboikot siaran-siaran televisi oleh pemerintah.
Sementara di Swidnik, kota kecil di bagian timur Polandia, warga menerima seruan boikot tersebut dan mulai menjalankannya sejak tanggal 5 Februari 1982. Sejak itu ketika siaran berita resmi dimulai jam 7 malam, warga akan mematikan televisi dan meletakkannya di depan jendela menghadap ke luar rumah. Jadi sesama tetangga bisa melihat layar televisi yang kosong. Sebagian yang lain mematikan televisinya, menaruhnya dalam kereta dorong, dan membawanya keliling di taman sambil bercengkerama dengan warga lain. Apa yang dilakukan pemerintah Polandia? Mereka mempercepat pemberlakuan jam malam dari jam 10 menjadi jam 7. Aturan untuk memaksa warga tetap di rumah. Kreatifnya, aturan itu diakali juga oleh warga dengan memajukan “waktu jalan-jalan dengan televisi” menjadi sore hari.
Di Afghanistan di tahun-tahun serangan Amerika pasca 9/11, tayangan televisi Afghan Star menjadi ruang bagi warga untuk menyuarakan ekspresinya di tengah kekuasaan rezim Taliban. Itu tayangan idol-idol seperti di banyak negara lain, seperti Indonesia. Ada satu momen di mana berbagai tabu ditubruk dalam tayangan tersebut: perempuan yang menari di depan sorotan kamera, menyanyikan lagu, dan kerudung kepalanya jatuh ketika menari. Barangkali biasa saja bagi sebagian orang, apalagi di Indonesia yang sudah terlalu jenuh dengan tayangan idol-idolan. Tapi dalam situasi di mana musik dilarang, perempuan dilarang tampil di forum publik, menjadi peserta Afghan Star adalah tindakan subversif. ***
Cerita-cerita tersebut ada di buku Tindakan-Tindakan Kecil Perlawanan yang ditulis Steve Crawshaw & John Jackson. Buku ini baru saja diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Roem Topatimasang dan diterbitkan INSISTPress. Achmad Choirudin dan Lubabun Ni’am menjadi penyelaras bahasanya.
Buat saya buku ini menarik karena banyak pengalaman di mana kejatuhan sebuah rezim, atau persatuan yang muncul setelah perpecahan yang justru muncul dari tindakan-tindakan kecil. Tindakan yang kadang muncul dari spontanitas dan tidak terpikirkan sebelumnya. Di Indonesia, sepertinya banyak yang jenuh dengan rezim saat ini. Banyak cerita dalam buku ini yang bisa dijadikan contoh. ***
*Pengulas: Wisnu Prasetyo Utomo | Lansir dari www.facebook.com/wisnu.p.utomo – 8 Desember 2015.
*Rehal buku: Tindakan-tindakan Kecil Perlawanan: Bagaimana Keberanian, Ketegaran dan Kecerdikan Dapat Mengubah Dunia/ Steve Crawshaw & John Jackson/ Roem Topatimasang/ INSISTPress, 2015.