Uang Kertas Demokrasi

Uang Kertas Demokrasi*

Pernah menonton “The Lady” yang mengisahkan perjuangan ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi? Jika iya, silahkan digabungkan dengan potongan kekejaman junta militer Myanmar di film Rambo seri keempat. Kemudian silahkan menempelkan berita represi dan kebrutalan rezim ini terhadap kaum minoritas. Belum cukup? Gabungkan dengan kekerasan rezim terhadap rakyat sipil yang membuat ribuan biksu turun jalan berdemonstrasi. Revolusi [kain] jingga alias Saffron Revolution pada tahun 2007 ini dikenal sebagai salah satu sumbu pembakar semangat rakyat sipil menggerakkan perubahan.

Jauh sebelum Liga Nasional untuk Demokrasi (LND) pimpinan Aung San Suu Kyi menguasai parlemen beberapa hari silam, lalu mendudukkan Htin Kyaw sebagai Presiden Burma menggantikan Than Sein, demokrasi benar-benar mampet di negerin ini. LND memang menang pemilu 1988, tapi militer mengambil alih kendali pemerintah. Lalu kepemimpinan tiran benar-benar terjadi. LND menjadi partai terlarang, pengikutnya dipenjara, simpatisannya disiksa, dan oposisi dibungkam. Menyimpan foto Aung San Suu Kyi sudah menjadi alasan penangkapan.

Tapi rakyat selalu punya alasan membalas represi rezim dengan caranya yang khas. Manakala junta militer mengeluarkan mata uang terbaru pertengahan 2000-an, rakyat mulai berbisik. Pasalnya, di dalam lembaran mata uang gres tersebut ada gambar Jenderal Aung San, bapak pendiri Burma, yang juga ayah Aung San Suu Kyi.

Sang jenderal adalah pendiri tentara nasional Burma, sehingga rakyat Burma sangat menghormatinya karena peranannya yang paling menentukan dalam mempertahankan Burma dari kemungkinan berkuasanya kembali penjajahan Inggris di negeri itu. Lalu di manakah letak pembangkangan itu?

Awalnya, sang perancang grafis uang mulai menoreh gambar wajah sang jenderal sebagai gambar terawang (watermark). Dia melembutkan garis-garis dagu dan pipi sang jenderal. Dia menggunakan garis tipis tunggal saat menggambar bagian mata, hidung, dan mulut. Dengan semua cara itu, hasilnya adalah suatu bentuk cemerlang alat perlawanan: wajah sang jenderal berubah perlahan dan sangat halus menjadi wajah sang puteri!

Di kedai kopi, rakyat berbisik mengenai gambar ini. Sang Putri, sebutan rakyat bagi Aung San Suu Kyi, ada di mata uang secara samar. Para jenderal yang merasa dipermalukan murka. Lembaga sensor pemerintah yang terkecoh pada akhirnya kelabakan mengetahui fakta ini. Uang yang telah beredar ditarik. Yang ketahuan menyimpan bakal ditangkap.

Ternyata unsur makar dalam gambar itu bukan hanya ada di watermark Jenderal Aung San. Hiasan dedaunan dan kembangnya adalah empat lingkaran dari delapan warna–delapan melingkari delapan melingkari delapan melingkari delapan, melambangkan waktu ’empat delapan’ (8/8/88)– yakni waktu dimulainya perlawanan damai rakyat Myanmar berjuang menuntut demokrasi.

Kabarnya, sampai saat inipun rakyat masih menyimpan jenis uang terlarang itu. Mereka menyebutnya sebagai “uang kertas demokrasi”. Kita tidak tahu nama desainer grafis uang tersebut yang ternyata pendukung LND dan pengagum Aung San dan puterinya. Kita juga tidak tahu nasibnya usai melakukan makar melalui gambar tersebut, meski kemungkinan besar sudah berkalang tanah setelah dieksekusi rezim despotik tersebut.

Tahun 2007 pula, para pemuda yang mulai sadar pentingnya demokratisasi mengejek pemerintah dengan cara nakal dan kocak. Saat itu, menjelang Revolusi Jingga yang dipimpin para biksu, para pemuda dibantu aktivis bawah tanah LND mengumpulkan anjing-anjing liar di ibukota Rangoon–sebelum dipindah– dan di berbagai kota lain. Mereka melatih anjing-anjing ini menjadi barisan pengunjuk rasa!

Dalam budaya Burma, anjing adalah salah satu makhluk dnegan derajat rendah. Seseorang yang terlahir kembali sebagai anjing berarti orang tersebut menjalani hidup yang tidak terpuji pada kehidupan sebelumnya. Makian paling kasar di Burma adalah lontaran kata “Anjing” atau “Mak Anjing” kepada apa dan siapa. [Hahaha mirip di Indonesia]

Pada akhirnya, para oposan tadi berkeliaran dengan kalung leher yang digantungi foto pemimpin junta, Jenderal Than Shwee, atau foto pejabat militer lain. Di seluruh kota, dari kejauhan, warga terkekeh kesenangan melihat tentara yang biasanya garang malah sibuk mengejar anjing-anjing demonstranyang menghina junjungan mereka. “Anjing-anjing itu lumayan tangkas menghindari penangkapan mereka.” kata warga terbahak-bahak, sebagaimana saya kutip dari buku “Tindakan-Tindakan Kecil Perlawanan: Bagaimana Keberanian, Ketegaran, dan Kecerdikan dapat Mengubah Dunia” karya Steve Crawshaw dan John Jackson.
—-Wallahu A’lam bisshawab

*Oleh: Rijal Mumazziq Z | Lansir dari: Facebook-Rijal Mumazziq Z. – 19 Maret 2016.

*Rehal buku: Tindakan-tindakan Kecil Perlawanan: Bagaimana Keberanian, Ketegaran dan Kecerdikan Dapat Mengubah Dunia/ Steve Crawshaw & John Jackson/ Roem Topatimasang/ INSISTPress, 2015.