Tak Hanya Menjadi Alat, Pendidikan di Indonesia Berhasil di Perdagangkan*
Bukan lagi menjadi wacana, memang sudah terang benderang menjadi kenyataan bahwa pendidikan di Indonesia telah menjadi komoditi. Walaupun penolakan tentang komoditas pendidikan sering muncul di permukaan masyarakat, ansir-ansir penolakan ini merupakan kritik terhadap dunia pendidikan. Hal tersebut di tulis oleh Toto Raharjo dalam buku “Sekolah Biasa Saja: Catatan Pengalaman Sanggar Anak Alam (SALAM).
Mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia sering dijadikan ajang pencarian keuntungan atau ‘Pengkapitalisasi pendidikan’ hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya kasus tentang anak yang putus sekolah dengan alasan orangtuanya tidak dapat membayar biaya pendidikan yang terlalu mahal.
Faktanya, dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 menyatakan bahwa pendidkan adalah hak bagi setiap warga negara. Maka dari itu, Toto katakan suatu kewajaran jika wacana tentang kapitalisme pendidikan tidak pernah basi untuk diwacanakan di ruang publik, hingga akhirnya hak warga negara diberikan oleh negara.
“Dalam hal ini Negaralah yang memiliki kewajiban untuk memberikan hak pendidkkan kepada setiap warga negaranya,” tulis Toto.
Dunia pendidikan yang semestinya dibangun berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebijaksanaan kini kerap dimuati oleh nilai-nilai komersial. Hal ini, sambung Toto dapat dijadikan sebuah refleksi dari keberpihakan dunia pendidkan pada kuasa kapital.
“Sehingga ketika pendidikan menjadi bagian dari kapitalisme, maka berbagai paradigma, metode dan teknik-teknik yang dikembangkan di dalamnya menjadi sebuah cara untuk memperkuat hegemoni kapitalisme,” sambungnya.
Dengan demikian, Toto tuturkan pengetahuan tidak saja menjadi sebuah alat untuk mencari keuntungan akan tetapi juga diproduksi sebagai komoditi untuk diperdagangkan dalam rangka memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
“Pendidikan telah menjadi lahan yang subur untuk dijadikan bisnis sehingga tidak akan pernah mati, dalam keadaan perang sekalipun. orang takut bodoh, karena bodoh berakibat miskin. Tak hanya pendidikan, kesehatan pun ikut serta. orang tidak mau sakit, maka apabila sakit akan membela-belain mengobati penyakitnya demi mendapatkan kesembuhan,” tukasnya.
Lansir dari: Majalahayah.com – 20 November 2018.