Pengantar Penulis
SUNGGUH sulit menulis buku ringkas ini. Sebagian tantangannya terletak pada ukuran buku: harus pendek serta menyajikan sangat banyak hal dalam kuota kata terbatas. Tantangan lainnya ada pada subjek materi yang rumit dan berkembang cepat dengan keharusan menimbang kepustakaan, baik kepustakaan formal maupun “abu-abu”, dalam jumlah yang sangat banyak. Tidak ketinggalan, campuran antara keberjarakan dan keterlibatan saya dengan materi yang di sajikan buku ini.
Pada 1990-an, saya sangat getol terlibat dalam debat mengenai pendekatan penghidupan (livelihood approaches) dalam kajian dan praktik pembangunan. Banyak proyek penelitian yang melibatkan saya menggunakan pendekatan penghidupan sebagai tema utama, termasuk penelitian mengenai “hak-hak atas lingkungan” dan proyek besar Institute of Development Studies (IDS) mengenai penghidupan pedesaaan berkelanjutan yang berlangsung selama 1996–1999. Sejak itu, saya menjadi berjarak dengan tema ini. Penelitian lapangan saya tentang pertanahan dan penghidupan di Afrika, utamanya menggunakan pendekatan penghidupan, sebagaimana penelitian mengenai penghidupan setelah reforma pertanahan di Zimbabwe yang tengah saya kerjakan, tetapi perdebatan lebih luas mengenai pendekatan, kerangka, dan intervensi kebijakan, menurut saya, menjadi agak kering dan kurang bergairah.
Dengan begitu, saya pun menceburkan diri kembali dalam diskusi ini dengan sedikit gelisah, merefleksikan pembelajaran-pembelajaran serta kelebihan dan kelemahan pendekatan-pendekatan penghidupan setelah satu dekade. Ini dimulai pada 2008, di sebuah lokakarya yang diselenggarakan oleh IDS di Sussex, Inggris, untuk menandai satu dekade pemikiran tentang penghidupan, berlanjut dengan sebuah esai yang saya siapkan untuk Jurnal of Peasant Studies tahun 2009, dan berlangsung terus sepanjang penulisan buku ini (2013–2014).
Buku ini lahir dan dikembangkan dari esai saya tahun 2009 itu. Proses ini kadang menyenangkan dan menantang. Dari proses ini, saya jadi semakin yakin akan pentingnya pendekatan penghidupan, dibandingkan ketika saya menulis sebuah esai tetang kerangka penghidupan pada 1998. Lebih dari itu, saya pun menjadi lebih yakin akan pentingnya perspektif politik yang kuat, yang meninjau perubahan struktural lokal maupun yang lebih luas sebagai bagian analisis penghidupan. Buku ini bertujuan mengangkat berbagai argumen tersebut kepada pembaca lebih luas. Sehubungan dengan hal ini, saya berharap, buku ini tersaji dalam bentuk yang lebih mudah dibaca.
Selanjutnya, meskipun mencakup kepustakaan dan pendekatan yang luas, buku ini sejatinya hanya menawarkan suatu tinjauan umum dan sejumlah petunjuk mengenai bagaimana dan di mana memulai. Buku ini tidak berambisi menjadi buku petunjuk praktis, juga sama sekali tidak menawarkan kerangka kerja atau metode yang siap pakai. Sebaliknya, buku ini hanya bermaksud mengajukan sejumlah pertanyaan serta memantik dan melanjutkan perdebatan dari masa ketika diskusi tentang penghidupan mereda setelah berlangsung dengan giat pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.
Pesan buku ini jelas: pendekatan-pendekatan penghidupan menyediakan lensa penting mengenai persoalan pembangunan, kemiskinan, dan kesejahteraan pedesaan. Akan tetapi, pendekatan-pendekatan ini perlu diletakkan dalam satu pemahaman yang lebih baik mengenai ekonomi-politik perubahan agraria. Lebih lanjut, mengambil gagasan dari kajian agraria kritis, buku ini mengajukan sejumlah pertanyaan baru yang menantang dan meluaskan cakupan kerangka-kerangka penghidupan sebelumnya. Selain itu, buku ini mengajukan empat dimensi baru bagi politik penghidupan: politik kepentingan, politik individual, politik pengetahuan, dan politik ekologi. Bersama-sama, berbagai cara baru ini akan mengonseptualisasi isu-isu pedesaan dan agraria, yang bisa membawa implikasi mendasar bagi pemikiran dan tindakan.
Pendekatan-pendekatan penghidupan tidak pernah dimaksudkan untuk menawarkan sebuah metateori atas pembangunan. Namun, dimulai di tingkat lokal, berbagai pendekatan tersebut fokus pada masalah-masalah tertentu. Meskipun era teori-teori besar kemungkinan telah berlalu, pemikiran dan tindakan yang berkaitan dengan pembangunan masih butuh dikukuhkan lewat konseptualisasi lebih luas. Buku ini mengeksplorasi sejumlah artikulasi mengenai pendekatan-pendekatan penghidupan serta kajian-kajian kritis agraria dan lingkungan yang menimbang aspek praktis dan kebijakan. Di sini, teori-teori mengenai pengetahuan, politik, dan ekonomi-politik menjadi penting, dan buku ini menunjukkan bagaimana teori-teori tersebut memperkaya dan meluaskan tipe-tipe pertanyaan yang diajukan serta metode-metode yang digunakan dalam analisis penghidupan. Saya berharap sebuah interaksi yang lebih efektif antara debat-debat ini yang sering kali jalan sendiri-sendiri—lalu mampu menggabungkan yang praktis dan teoritis—dapat dicapai.
Tentu saja, buku ini benar-benar berfondasi pada kerja-kerja yang telah saya lakukan bersama rekan-rekan saya selama bertahun-tahun. Sebagai dampaknya adalah kecenderungan saya memakai contoh-contoh dari Afrika, meskipun saya telah berusaha menambahkan kasus-kasus lain dari berbagai bacaan saya. Oleh karena itu, saya mendorong pembaca untuk memikirkan kasus-kasus yang mereka ketahui serta menambah kekayaan berbendaharaan contoh dan metodologi yang bisa digunakan dalam lingkup luas analisis penghidupan.
Buku ini secara khusus ditulis bagi mahasiswa yang ingin mendalami kompleksitas isu pedesaan di seluruh dunia. Banyak gagasan yang saya ajukan dapat diterapkan juga pada konteks perkotaan, tetapi, sekali lagi, karena fokus penelitian saya, saya mengkhususkan perhatian pada lingkup pedesaan. Saya menerima banyak sekali surat eletronik dari mahasiswa di seluruh penjuru dunia yang meminta saran terkait proyek-proyek mereka. Biasanya, tidak mudah untuk menjawabnya, sebab tidak ada solusi sederhana atas dilema-dilema yang mereka ajukan. Saya berharap buku ini akan dapat membantu mahasiswa di masa mendatang dalam menentukan arah dalam kajian mengenai penghidupan pedesaan, perubahan agraria dan keberlanjutan, sebuah bidang kajian yang menarik dan menantang.
Ian Scoones
Institute of Development Studies, University of Sussex
Inggris, Februari 2015