Sastra dan Politik: Membaca Karya-karya Seno Gumira Ajidarma

Penulis: Andy Fuller
Penerjemah: Anton Kurnia
Editor: Damhuri Muhammad
Pengantar: Faruk H.T.
Penerbit: INSISTPress
ISBN: 978-602-8384-46-9
Edisi: I, Desember 2011
Kolasi: 14x21cm; 128 halaman

Description

Buku ini merupakan hasil penelitian Andy Fuller “Postmodernism and How Seno Gumira Ajidarma Used It against the New Order” sebagai tesis S2 di The University of Melbourne (2004) yang luas dan mendalam tentang karya-karya Seno Gumira Ajidarma. ***

“Tak sampai lima frase ‘penjara’ dalam buku Andy Fuller ini. Dan Seno tak pernah kita dengar digebukin di dalamnya. Padahal, Seno, kata Fuller, adalah pendongeng yang kritis terhadap rezim serdadu. Atau memang pendongeng dengan pisau ‘azimat posmo’ ini tak dianggap berbahaya sama sekali oleh Soeharto dan serdadu-serdadunya yang tak pernah menang perang itu.” Muhidin M. Dahlan, Penulis Trilogi Lekra Tak Membakar Buku

“Andy Fuller menunjukkan pembacaan atas karya Seno dengan melihat kecenderungan gaya posmodern, seperti penggunaan metanarasi, absurditas dalam penokohan, dan kedekatan dengan budaya populer. Buku ini juga mengaitkan penggunaan gaya posmodernis sebagai kritik terhadap represi politik dalam era Orde Baru. Buku ini membuka peluang bagi kita untuk melanjutkan dialog tentang relevansi gaya posmodern karya sastra Indonesia dalam konteks pascareformasi. Perlu disimak lebih jauh bagaimana gaya ini berkelindan dan berakar pada konteks masyarakat Indonesia masa kini.” Melani Budianta, Guru Besar Sastra Universitas Indonesia

“Bagi saya buku ini menjadi sebuah pintu untuk memasuki Indonesia melalui dunia sastra: bagaimanakah seseorang yang sudah berada ‘di dalam’ Indonesia, tetapi seakan-akan dia tetap berada ‘di luar’ Indonesia? Saya bisa membayangkan bagaimana Andy Fuller mengalami konflik pembacaan seperti ini ketika berada di Indonesia.  Konflik yang juga bisa dialami oleh orang Indonesia sendiri. Buku karya Andy ini, hasil penelitiannya yang luas dan mendalam tentang karya-karya Seno Gumira Ajidarma, merupakan salah satu pintu masuk untuk berada ‘di dalam’ Indonesia. Indonesia memiliki modal fiksi yang besar dalam pendayagunaan kekerasan dan korupsi. Seno menggunakan semacam posmodernisme untuk melawan rezim fiksi ini. Buku ini merupakan nafas baru dalam kehidupan sastra Indonesia yang sedang berada di tengah sekaratnya kritik sastra Indonesia.” Afrizal Malna, Penyair


>> opini, komentar, ulasan, dan tulisan terkait: