Penjelajahan Butet di Sokola Rimba*
BUKU terbitan INSISTPress bertajuk Sokola Rimba ini menceritakan sebuah kehidupan yang ada di rimba. Kehidupan orang rimba, baik adat istiadat maupun kehidupan sosial finansialnya. Inspirasi penulisan buku ini murni dari catatan buku harian Butet ketika berada di tengah-tengah orang rimba mengadakan penelitian. Dalam buku ini, Butet menceritakan banyak hal yang perlu kita ketahui tentang orang rimba sebagai kekayaan yang patut dipahami.
Dalam penelitian, Butet mengalami kesulitan-kesulitan dalam pendekatan dengan orang-orang rimba. Apalagi beberapa orang rimba berpendapat bahwa “mending bodoh daripada pinter tetapi buat minterin orang”. Sehingga pada saat Butet melakukan pendekatan pendidikan, dia disangka akan mengubah adat mereka dan mereka sangat marah terhadap Butet. Sempat terucap, “Jangan usik-usik adat kami”.
Dalam masyarakat rimba, seorang ayah dipanggil bepak tenong, untuk ibu indok tenong, yang belum dinamai menikah ngadun.
Orang rimba mencari makan dari bahan tersedia di alam/rimba. Mereka mengatakan pangan yang ada di hutan merupakan kiriman dewa untuk mereka. Salah satu tradisi yang dipegang teguh sokola rimba, yaitu apabila akan mengambil madu dari pohon madu, harus mengusir hantu yang ada di dalamnya. Mantra yang dipercaya mengusir hantu pada pohon madu berbunyi;
Dua tiga kiding tegantung
Kiding kecil di sisi
Dua tiga bujang tekapung
Seorang tidak menolong kanti, adek oo..ii..
Kedatangan Butet bersama teman-temannya ingin mengentaskan buta aksara pada masyarakat rimba, tetapi bingung dengan pendekatannya. Butet takut salah bicara dan menghapus hubungan baik yang telah terjalin.
Akan tetapi, setelah beberapa hari melakukan pendekatan, akhirnya Butet mendapat jalan, yaitu ada dua orang rimba yang datang pada Butet minta diajari baca tulis untuk bekerja.
Dari permintaan tersebut semangat Butet tumbuh lagi, yang sebelumnya sempat down karena salah bicara. Akan tetapi,Butet tidak langsung menyetujui karena setiap tindak tanduk tim peneliti harus sesuai dengan pengetahuan dari direktur Warsi (Warung Informasi Konservasi).
Buku karya Butet ini dapat memberikan gambaran tentang kehidupan orang rimba yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat memahami bagaimana kehidupan orang rimba sepeti yang dikatakan Iwan Fals. “Membaca tulisan Butet, saya merasa seperti orang rimba.”
Buku ini juga tergolong tebal sehingga remaja cenderung malas membacanya. Bahasa yang digunakan sangat padat membuat pembaca bosan. Padalah, sebenarnya ini merupakan salah satu referensi buku yang sangat bagus dikonsumsi pelajar untuk menambah wawasan. So, jangan malas ya, dengan membaca akan membuka pintu dunia.
*Tutti Sethiawati. Sumber: Lampung Post – Selasa, 25 September 2007.
*Rehal buku: Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba/ Butet Manurung/ INSISTPress, 2007.