Sekolah Sudah Mati

Sekolah Sudah Mati*

Buku ini dapat digolongkan sebagai bacaan yang unik. Pembaca diajak berkelana untuk melihat suatu peristiwa pada tahun 2222. Perjalanan itu dipandu oleh tokoh bernama Sukardal.

Ia adalah seorang petani. Tanpa sengaja ia menemukan satu naskah tua di museum Bank Naskah Nasional. Naskah itu dikategorikan sebagai bacaan terlarang. Hal itu membuat Sukardal penasaran. Apalagi judul naskah itu tak asing baginya, yakni: Sekolah.

Melalui buku ini kita diajak untuk bertanya, “Apakah benar sekolah adalah satu-satunya sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Pertanyaan ini ditujukan kepada kita semua.

Pada bab pertama diceritakan tentang asal usul sekolah. Bab selanjutnya memberi tahu bahwa ternyata ada sekolah yang tidak punya daftar mata pelajaran wajib, tidak melaksanakan ujian kolektif. Murid-muridnya pun bebas memilih apa yang akan mereka pelajari.

Buku setebal 178 halaman ini mengangkat masalah yang aktual. Sebuah buku yang cerdas, tetapi tidak terkesan menggurui. Buku ini ringan dan dapat dijadikan bacaan waktu senggang.

Bahasa yang digunakan komunikatif. Namun, cover buku yang sengaja didesain dengan penampilan klasik naskah tua mengesankan sebagai bacaan yang berat. Terlepas dari kekurangannya, buku ini patut dibaca oleh berbagai kalangan. Bahkan dapat menjadi referensi pengetahuan bagi siswa, mahasiswa, atau pelajar pada umumnya.

*Sumber: Bulaksumur Pos – 4 Desember 2007.

*Rehal buku: Sekolah Itu Candu (Edisi Tahun 2007)/ Roem Topatimasang/ INSISTPress , 2007.