Sekolah Rimba Butet Manurung

Sekolah Rimba Butet Manurung*

Sekolah Rimba yang digagas Butet Manurung bukanlah seperti sekolah lainnya, tidak ada ruang kelas, pakaian seragam dan jam masuk dan pulang sekolah pun fleksibel. Semangat mereka untuk belajar sangat tinggi. Diantara para siswa lulusan Sokola Rimba ada yang menjadi tenaga pengajar untuk teman-temannya. Dan di tahun 2007 lalu telah terbit buku “Cerita Anak Rimba” yang ditulis oleh murid-murid ini. Semua berkat perjuangan Butet Manurung yang selalu sabar mengajari mereka.

Apa yang dilakukan Butet ini tadinya sangat jauh dari publikasi, mengabdi dengan hati ditengah belantara rimba memang bukanlah untuk mencari populeritas juga balas jasa, sebuah pengabdian yang tulus untuk membuka mata anak-anak rimba yang terpencil, jauh dari hiruk pikuk keramaian dan dunia pendidikan. Sungguh tidak terbayangkan. Tapi menjadi kebahagiaan bagi butet, ketika anak-anak didiknya begitu bersemangat untuk belajar, sehingga sekarang ini banyak yang sudah pandai membaca juga mengajar untuk sesama anak Rimba.

Butet Manurung sendiri adalah seorang perempuan yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972 dan ia berasal dari keluarga berada. Ayahnya bernama Victor Manurung sangat menyayangi dan memanjakan putri tunggalnya ini. Masa kecilnya dihabiskan di negeri Belanda dan dibesarkan di Jakarta dengan segala hiruk pikuk dan modernisasi kota besar. Sejak kecil ia diajarkan untuk mencintai alam dan peduli kepada sesama.  Dulu sewaktu duduk di bangku kuliah Butet Manurung aktif pada kegiatan pencinta alam. Dia biasa mendaki gunung bersama teman-temannya.

“Habis gelap Terbitlah terang” seperti yang dituliskan Kartini, ternyata menginspirasi bagi Kartini-kartini Baru Indonesia, banyak sekali bermunculan pahlawan wanita Indonesia baru salah satunya adalah Saur Marlina Manurung atau biasa dikenal dengan nama Butet Manurung. Ia adalah seorang pendiri dan juga pendidik untuk anak-anak Suku Anak Dalam (Orang Rimba yang hidup di hutan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi).

Sejak tahun 1999 ia mendirikan Sokola Rimba dan mengajarkan anak-anak ini membaca, menulis dan juga berhitung. Ia menginginkan agar Suku Kubu tidak lagi mudah dibodohi dan tertipu oleh orang-orang asing yang berusaha mengambil sumber daya alamnya. Mereka ini sebelumnya dikenal dengan orang bodoh, terbelakang dan primitif.

Jarang sekali ada orang dari kalangan mampu, mau mengabdikan diri jauh kedalam rimba belantara, jauh dari hiruk pikuk keramaian, kalau tidak ada keinginan serta sebuah cita-cita yang kuat tidaklah mungkin mau melalkukannya, bukan tanpa hambatan mengajar anak-anak rimba ini, mereka mempunyai peradaban sendiri, yang sangat anti pada kemapanan dunia luar, mempertahankan tradisi adalah sebuah keharusan. Pada awalnya orang tua anak-anak rimba ini sangat menolak pendidikan, karena kuatir kalau anak-anak mereka menjadi pintar, terpengaruh dunia luar dan melupakan adat istiadat mereka serta tidak hormat kepada orang tua. Berkat kegigighan butet melakukan pendekatan yang menyesuaikan kehidupan mereka akhirnya Butet diterima baik di masyarakat ini.

Tidak sedikit orang yang memandang apa yang dilakukan butet ini sebagai suatu keanehan, dan pandangan  aneh tersebut  Butet Manurung sepertinya tidak mempedulikannya, ia berjuang mewujudkan cita-citanya. Ia adalah sosok pejuang wanita yang tulus menjalankan profesinya sebagai relawan guru di hutan pedalaman. Ia tak pernah mempermasalahkan besarnya gaji yang ia peroleh dan tak digaji pun tak apa-apa. Sekarang ini bukan lagi Kartini tapi Butet Manurung karena kecintaannya kepada alam dan anak-anak telah membuat anak Rimba melek huruf. Niatnya adalah bisa berguna pada orang lain dan mengamalkan ilmunya.

Banyak sekali penghargaan yang telah ia terima seperti Man and Biosfer Award 2001, Woman Of The Year bidang pendidikan ANTV 2004, Hero of Asia Award by Time Magazine 2004, Kartini Indonesia Award 2005, Ashoka Award 2005, Ashoka Fellow 2006 dan Young Global Leader Honorees 2009.

Semoga saja apa yang sudah dilakukan oleh Butet Manurung ini dapat menginspirasi banyak orang, dan berkeinginan pula untuk turut mencerdaskan Bangsa, mengabdikan diri pada maasyarakat yang terbelakang dari dunia pendidikan, bahkan bisa jadi sudah banyak yang melakukan, namun jauh dari publikasi. Tulisan seperti ini mungkin sudah sering dipublikasikan, namun saya mencoba untuk berbagai di Kompasiana, dalam rangka Mepmeringati Hari Pendidikan Nasional, Tanggal 2 Mei.

Jakarta, 2 Mei 2011
Selamat Memperingati Hari Pendidikan Nasional

*Ajinatha. Sumber: edukasi,kompasiana.com – 2 Mei 2011.

*Rehal buku: Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba/ Butet Manurung/ INSISTPress, 2007.