Description
“Keinginan kuat untuk mengeksplorasi secara komprehensif substansi perberasan nasional –negeri beras, istilah penulis– dengan sudut pandang historis-ekonomi-politik-perdagangan dan (bahkan) budaya, tercermin dalam seluruh isi buku ini. Sehingga, buku yang ditulis dalam bahasa ”populer” ini bukan untuk menjadi resep (prescription) dalam mengatasi ironi sebagaimana judulnya, akan tetapi ’justru’ akan menjadi appetizer dan pembuka ”ruang kontemplasi” bagi siapapun untuk lebih merenungkan dan mendalami sudut-sudut ”penting lainnya” dalam substansi perberasan, sesuai dengan minat dan disiplin ilmunya. Bahasa yang lugas dan sederhana pada buku ini –ditulis oleh orang yang berlatar belakang ilmu pertanian dan wartawan— seakan menjadi pelengkap, sehingga layak dan bermanfaat untuk dibaca dan dipahami oleh semua kalangan, baik oleh mahasiswa, ilmuwan, pengambil kebijakan, bahkan masyarakat luas.” ─ Prof. Dr. Rudi Wibowo, MS, Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) dan Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Jember
“Isi buku ini telah memperkaya pemahaman tentang komoditas beras di tanah air. Unggul karena enak dibaca dan mudah dicerna siapa saja, bahkan masyarakat awam sekalipun….” ─ Husein Sawit, PhD, Ahli Peneliti Utama bidang Kebijakan Pertanian Pusat Analisis Sosial-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP), Bogor
“Beras bukan saja makanan pokok, tapi juga komoditas politik yang berdimensi kompleks. Saudara Khudori mampu mengurai kompleksitas itu dengan bahasa yang lugas. Buku ini layak menjadi referensi bagi kaum intelektual, pejabat publik, dan aktivis yang peduli terhadap kesejahteraan rakyat.” ─ Prof. Dr. Bustanul Arifin, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, dan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta
“Saudara Khudori telah menyajikan buku yang utuh tentang “Beras” sebagai kebutuhan dasar dari separuh umat manusia di dunia ini, dan 95 persen penduduk Indonesia, di tengah krisis pangan –meningkatnya jumlah orang yang kelaparan dewasa ini. Dapat saya katakan buku ini merupakan serial buku dari buku yang sudah diciptakan penulis, yang menggambarkan derita kaum tani ketika dibantai oleh kekuatan neoliberalisme. Karena itu, suatu keharusan untuk membaca buku ini agar kaum tani dan bangsa ini bangkit untuk bisa bermartabat, terutama untuk menegakkan kedaulatan pangan.” ─ Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), dan Kordinator Umum La via Campesina –Gerakan Petani Internasional.
Opini, komentar, ulas buku, bacaan terkait:
- Lapar di Negeri Beras | Sumber: Koran JAKARTA – 22 Juli 2008.
- Beras dalam Pergulatan Politik | pustakacinta.blogspot.co.id – 31 Juli 2008.
- Mati Di Lumbung Sendiri | asepmansyurudin.wordpress.com – Juli 2008
- Ironi Negeri Beras | PONTIANAK POST – Minggu, 3 Agustus 2008.
- Kupas Tuntas Soal Beras | Harian KOMPAS – Minggu, 24 Agustus 2008.
- Politisasi Beras | Lansir dari: resensor.blogspot.com – 9 September 2008.
- Agar Petani Tak Terkubur di Lahan Subur | www.prakarsa-rakyat.org – 10 Oktober 2008.
- IRONI NEGERI BERAS | tpnewsftpugm.blogspot.co.id – 08 Januari 2009.
- Politik Beras dan Beras Politik | api.or.id – 09 Juni 2009.
- Resensi Buku: Ironi Negeri Beras | children2heaven.blogspot.co.id – 4 Desember 2011.
- Ironi Negeri Beras (Resensi Buku) | palawaunpad.org – 22 Mei 2015.