KIKIGAKI: Mendengar & Menulis – Menjembatani Manusia, Alam, dan Budaya Antar Generasi 

Rp 80.000

Penerjemah dari Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia: Motoko Shimagami, Zaenal Abidin, Michiko Hosobuchi
Pemeriksa bahasa: Hasriadi Ary
Gambar: Tomoko Iwai, Donald Bason
Foto: Takafumi Okuda, Naoko Yoshino, Motoko Shimagami, Beta Pettawaranie
Penyunting & Penyelaras Akhir: Roem Topatimasang
Penerbit: Kyouzon-no-Mori Network & INSISTPress
ISBN: 978-602-0857-35-0
Edisi: I, Desember 2016
Kolasi: 17x24cm; iv + 93 halaman; bookpaper warna

Description

KIKIGAKI adalah satu metode pembelajaran bagi generasi muda tentang pengetahuan dan kearifan generasi tua dengan cara menggali dan mendokumentasikan perjalanan hidup seorang narasumber sepuh (meijin) melalui dialog secara tatap muka langsung. Metode ini telah diterapkan secara berhasil dan efektif di SMA-SMA di Jepang sejak tahun 2002 dan di beberapa SMA di Indonesia sejak 2010.***

“Kehidupan dan pekerjaan masa lalu yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan akan menjadi rujukan yang baik untuk mencari pemecahan berbagai persoalan masa kini. Melalui proses kikigaki, generasi muda akan menemukan kembali nilai-nilai yang ada dalam kehidupan tradisional dan budaya lokal. Belajar kehidupan dan pekerjaan dari generasi tua akan menjadi aset yang sangat berharga bagi generasi muda untuk membangun masa depan negerinya, baik di Indonesia dan Jepang maupun di negara-negara lainnya.” Nahoko Yoshino, Direktur Eksekutif Kyouzon-no-Mori Network.

“Dalam kegiatan kikigaki, nilai-nilai synnoetis dan nilai-nilai etis diinternalisasikan kepada siswa melalui proses salin-tulis (transkripsi) rekaman wawancara antara sang siswa dengan sang narasumber (meijin) masing-masing. Melalui proses salin-tulis yang dilakukan berulang-ulang, sang siswa setahap demi setahap mengendapkan apa sesungguhnya yang dimaksud oleh sang narasumber, dan seiring dengan itu pula tumbuh rasa empati yang kuat terhadap sang narasumber.

Untuk konteks Indonesia, kikigaki tidak hanya untuk menjawab krisis regenerasi petani, hilangnya kearifan lokal dan budaya, atau pudarnya adat dan filosofi hidup warga perdesaan. Kikigaki juga dapat digunakan untuk menutup kelemahan sistem pendidikan nasional Indonesia yang hanya mengutamakan pendidikan intelektualitas. Kikigaki adalah pendidikan watak! Sehingga, saya sangat menyarankan agar kikigaki dapat diperluas di Indonesia.” Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia.


>> opini, komentar, ulas buku, bacaan terkait:

Additional information

Penyunting

Roem Topatimasang

Penerjemah

Motoko Shimagami, Zaenal Abidin, Michiko Hosobuchi

Penerbit

Kyouzon-no-Mori Network & INSISTPress

Tahun Terbit

I, Desember 2016

Kolasi

17x24cm; iv + 93 halaman; bookpaper warna.

Berat

0.2 kg

ISBN

978-602-0857-35-0

Jenis Sampul

Softcover

Desain sampul

Rumah Pakem