PRAM dan KITA: Diskusi dan Launching Buku Pramoedya Ananta Toer
Permasalahan bangsa ini, lambat laun seperti tengah berjalan menuju ke kebangkrutan di berbagai lini. Kita seperti kebingungan untuk mencari titik berangkat dalam menyelesaikan berbagai masalah tersebut, dan anehnya, pemerintah sebagai institusi yang paling bertanggungjawab, sepertinya rapuh dalam menawarkan suatu strategi untuk menyelesaikan problem kebangsaan. Bahkan dalam banyak hal cenderung melakukan kebijakan yang kontraproduktif. Salah satu hal yang kemudian bisa sedikit kita petakan adalah membaca ulang bagaimana bangsa ini dibentuk dan dialektika kebangsaan setelah bangsa ini ada.
Sejak awal, salah satu sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, dalam banyak karyanya berusaha untuk menggelar peta problem bangsa ini. Dalam karya-karyanya Pramoedya Ananta Toer seakan berusaha menemukan format solutif bagi problem yang sedang menimpakita. Kita kenal Pramoedya Ananta Toer sebagai penulis lebih dari dua puluh novel, beberapa kumpulan cerita pendek dan banyak karya non fiksi. Penulis Indonesia terdepan, penulis dengan karya paling banyak diterjemahkan ke bahasa lain, dan beberapa kali nominator Hadiah Nobel untuk Kesustraan. Lahir 6 Februari 1925 dari pasangan Mastoer (kemudian disingkat hanya ‘Toer’) dan Ibu Oemi Saidah.
Dan memori kita juga tidak bisa lepas pada 1965 saat terjadi kericuhan politik, menyusul peristiwa 31 September. Tanggal 13 Oktober 1965, rumahnya dikepung tentara. Ia ditangkap, dipenjarakan tanpa proses pengadilan di penjara Salemba sampai Juli 1969, dipindah ke Tangerang, lalu ke Nusa Kambangan. Pada tanggal 16 Agustus akhirnya dipindah kembali ke Pulau Buru, mengawali pembuangan lamanya sekitar 10 tahun.
Pengakuan atas karya-karyanya tak hanya terlihat melalui penerbitan ulang di tahun-tahun terakhir, namun juga beberapa penghargaan. Pramoedya Ananta Toer memperoleh Freedom for Write Award (1988), The Fund for Free Expression Award (1990) dan Magsaysay (1995).
Dalamp upaya me-launching buku-buku Pramoedya Ananta Toer, kami: Akademi Kebudayaan Yogyakarta (AKY) dan Lentera Dipantara_sekelompok anak muda Indonesia membentuk sebuah panitia bersama bertajuk: “Pram dan Kita”.
Acara ini akan diselenggarakan pada:
Tanggal | Pukul : 14 Februari 2003 | 13.00-17.00 WIB
Tempat : Univercity Club (UC) UGM Yogyakarta.
Acara:
- Sambutan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X
- Pidato Kebudayaan Pramoedya Ananta Toer
- Diskusi dengan pembicara:
- Pramoedya Ananta Toer (tema: sastra dan penguasa)
- K.H. Abdurrahman Wahid (tema: melihat korelasi karya Pramoedya dengan kondisi Indonesia sekarang)
- Dr. Mansour Fakih (tema: karya-karya Pramoedya dan proses sosial di Indonesia)
- Gadis Arivia (tema: feminisme dalam karya-karya Pramoedya).
- Taufik Rahzen (moderator)
Diskusi ini terbuka untuk umum.
Yogyakarta, 10 Februari 2003 | Siaran Pers: Diskusi dan Launching Buku Pramoedya Ananta Toer
*M. Faiz Ahsoul | Ketua Pelaksana | PANITIA BERSAMA ‘PRAM DAN KITA‘ [Akademi Kebudayaan Yogyakarta (AKY), INSIST, Lentera Dipantara, Newsletter ON/OFF, Aliansi Penerbit Independen, Yayasan Bentang Budaya, Penerbit Jendela, Syarikat Indonesia, Yayasan Jurnal Perempuan, INSISTPress, LPM Ekspresi UNY, Kelompok Terjal, dan Gelaran Budaya.
Alamat Sekretariat: Blimbingsari CT IV/38 Yogyakarta 55281| Telpon: 0274-544505, 561847. Fax: 0274-583314.
Acara dapat berlangsung lancar, meriah dan ramai pengunjung. Berikut beberapa berita yang meliput acara tersebut.
- Pramoedya dan Kaum Muda Yogya | Tembi.org – Februari 2003.
- Gus Dur: Kecintaan Pramudya Terhadap Rakyat Kecil Tak Pernah Luntur | ANTARA –14 Februari 2003.
- Pramoedya kepada Angkatan Muda: Hentikan Kebusukan Politik | Harian KOMPAS – 16 Februari 2003
- Gus Dur: Kecintaan Pramudya Terhadap Rakyat Kecil Tak Pernah Luntur | gusdur.net – Sabtu, 15 Februari 2003.