Description
Kepemilikan monopoli atau oligopoli oleh segelintir korporasi budaya (perusahaan transnasional, konglomerasi budaya, dan korporasi-korporasi raksasa lainnya) telah memaksa kita untuk hanya menyukai (mengonsumsi) karya-karya seni tertentu, dari mulai film, buku, tari, kerajinan, patung, lukisan, hingga seni pertunjukkan. Seolah-olah kita memunyai pilihan, padahal sebenarnya pilihan yang ada adalah sama-sama saja. Keanekaragaman budaya menjadi semakin terancam di era globalisasi ekonomi. Budaya dan karya seni tidak lagi merupakan ekspresi perasaan dan dialektika masyarakat, namun tak lebih hanya sekedar barang dagangan saja. Buku ini akan mengungkap hal tersebut dengan sangat menarik, dilengkapi dengan saran-saran dari penulis menyoal bagaimana mencegah semakin menguapnya keanekaragaman budaya dimakan kepentingan ekonomi dan globalisasi. Sangat cocok untuk para akademisi, seniman, pegiat budaya, aktivis, maupun masyarakat umum sebagai produsen sekaligus konsumen kebudayaan dan karya seni.
“BUKU INI MENDESAK SANGAT DIPERLUKAN. Proses globalisasi telah dengan serius mengancam hak-hak dasar kebudayaan kita. Joost Smiers mengungkapkan ancaman-ancaman ini dengan rasional, mudah dipahami, dan kompeten. Dia menawarkan argumen-argumen yang kuat menyoal perlindungan keanekaragaman budaya dan sekaligus mengajak kita untuk memikirkan kembali konsep hak kekayaan intelektual.” (Professor CEES LINK J. HAMELINK, Universitas Amsterdam dan Free University, Amsterdam)
“Santun dalam perspektif dan komprehensif dalam mendokumentasikan manifestasi-manisfestasi baru dari hak cipta di era globalisasi, refleksi kritis Joost Smiers dalam Art Under Pressure juga dilengkapi dengan kepedulian yang tulus terhadap kehidupan para seniman di seluruh dunia.” (RUSTOM BHARUCHA, Direktur Teater Calcutta dan penulis buku “The Politics of Cultural Practice”)
“Ketika seni berada di bawah ketertindasan, identitas budaya dan keanekaragaman kreativitas pun otomatis terancam. Dunia yang dipenuhi kompleksitas regulasi dan undang-undang perdagangan baik skala nasional maupun internasional, memang sangat membingungkan. Melalui bukunya, Joost Smiers memandu kita dan menunjukkan betapa pentingnya mencegah agar kepentingan ekonomi tidak mengambil alih dunia ini. Art Under Pressure adalah buku yang sangat menarik dan kaya informasi. Buku ini adalah riset kebudayaan tanpa logo.” (OLE REITOV, Direktur Penyokong Seni dan Budaya di Pusat Budaya dan Pembangunan Denmark (Danish Centre for Culture and Development/DCCD)
Opini, komentar, ulasan, dan tulisan terkait:
- Bedah buku Arts Under Pressure – Maret 2009.
- Menguak Konglomerasi Budaya | Sumber: Suara Merdeka.com – 07 Juni 2009.
- Kebudayaan Lokal di Era Globalisasi | Harian Kompas – Minggu, 21 Juni 2009.
- Dunia Korporasi Seni | Kedaulatan Rakyat – 07 Juni 2009.
- Kompleksitas Seni dan Infrastruktur Pendukungnya | Sumber: indonesiaartnews.or.id – Januari 2010.
- Arts Under Pressure, Playing with the right to challenge copyright | Jakarta Post – May 03, 2009.
- Art Under Pressure: Memperjuangkan Keanekaragaman Budaya di Era Globalisasi | osf.io – 11 Oktober 2017
- Book Review: “Art Under Pressure: Memperjuangkan Keanekaragaman Budaya di Era Globalisasi” (Joost Smiers, 2009) | Sumber: runtahlife.wordpress.com – 19 Oktober 2017.