Rekonfigurasi Pengelolaan Hutan Jawa

Rp 65.000

Description

Jurnal WACANA No.25/2011 | Rekonfigurasi Pengelolaan Hutan Jawa

Pengelolaan hutan di Pulau Jawa berlatar sejarah panjang, lebih tua dari usia Republik Indonesia sendiri. Dalam rentang sejarah panjang itu, banyak hal sudah terjadi. Tetapi, satu hal tetap dan tidak berubah: nestapa warga petani lokal yang hidup di dalam dan sekitar kawasan hutan. Mereka tetap miskin, sementara konflik terus terjadi, juga kerusakan ekosistem hutan itu sendiri. Bahkan ada yang berani mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada lagi hutan alam yang sejati di Pulau Jawa. Permasalahan ruwet dari pengelolaan hutan di Pulau Jawa itulah yang menjadi tema utama Jurnal WACANA edisi ini.

Pembicaraan mengenai hutan dan kehutanan di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir cenderung di arahkan pada hutan di luar Jawa. Terlebih ketika isu-isu global, seperti perubahan iklim dan Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) sama sekali tidak dikaitkan dengan Jawa. Seolah-olah hutan Jawa tidak bermasalah. Bahkan, terkesan Pulau Jawa sama sekali tidak memiliki hutan. Setidaknya ada beberapa alasan yang sepertinya masuk akal. Pertama, hutan Jawa memang tidak seluas hutan di pulau lain seperti Kalimantan dan Papua. Kedua, hutan Jawa bukan lagi hutan alam tropis, melainkan tinggal hutan monokultur yang mirip kebun kayu. Ketiga, sebagian pihak (terutama pemerintah) beranggapan bahwa hutan Jawa tidak lagi dibebani persoalan seperti tata batas dan kelembagaan. Bahkan, sebagian beranggapan bahwa pengelolaan hutan Jawa merupakan model pengelolaan hutan modern terbaik di Indonesia yang sudah diterapkan dan teruji bertahun-tahun.

Pengelolaan hutan di Jawa memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan lebih lama dari Republik Indonesia. Dalam sejarah panjang seperti itu, banyak hal yang terjadi dan berubah. Namun, beberapa hal tetap sejak masa kolonial sampai saat ini. Ini adalah penderitaan. Hutan menjadi lebih dan lebih terdegradasi, produksi kehutanan menurun. Konflik sosial dan kemiskinan antara orang-orang yang tinggal di sekitar hutan bertahan di tengah-tengah berdiri saham jati yang terus berkurang. Untuk alasan di atas, perubahan sistem dalam pengelolaan hutan di Jawa sangat mendesak, bukan hanya reformasi tambal sulam.

(EDI SUPRAPTO, Pengantar: Rekonfigurasi Pengelolaan Hutan Jawa, h.2-4)

Daftar Isi:

  • Pengantar | Rekonfigurasi Pengelolaan Hutan Jawa | Edi Suprapto | h. 2-4
  • Kajian | Quo Vadiz Hutan Jawa… | Totok Dwi Diantoro | h.5-26
  • Kajian | Perusahaan Hutan dan Ilusi Kelimpahan: Kasus Perum Perhutani | Hariadi Kartodihardjo & Sudarsono Soedomo | h.27-54
  • Kajian | Implementasi PHBM: Dari ‘Collaborative Management’ Menuju ‘Cooptation Management’ | Rahmanta Setiahadi | h.55-74
  • Kajian | Kegagalan Pengelolaan Hutan Jawa | Ahmad Maryudi | h.75-94
  • Kajian | Hutan Rakyat sebagai Katup Penyelamat Ekologi Jawa | Suryanto | h.95-114
  • Rehal | Kontes Kekuatan di Dataran Tinggi [Tinjauan buku Contesting Forests and Power: Dispute, Violence and Negotiations in Central Java karya Anu Lounela] | Hery Santoso | h.115-1

>> lihat versi bahasa Inggris | English version-click

>> edisi lainnya, lihat daftar jurnal WACANA